Sindrom patah hati merupakan kondisi langka yang menyebabkan gangguan pada jantung. Umumnya, sindrom patah hati disebabkan oleh stres dan peristiwa emosional yang menyedihkan.
Namun, menurut penelitian terbaru di Eropa, sindrom patah hati dapat
terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa bahagia dan emosi positif.
Hasil penelitian didapat dengan menganalisis 1.750 orang, baik pria
maupun wanita yang terdata di Takotsubo Registry Internasional. Peniliti
menemukan, 465 peserta mengalami gejala sindrom patah hati setelah
mengalami emosi negatif, seperti kematian orang yang dicintai,
pengalaman menakutkan karena kecelakaan, penyakit, hingga ada masalah
keuangan.
Namun, sebanyak 20 orang atau sekitar 4 persen dari responden
mengalami gejala tersebut karena dipicu emosi positif, seperti merayakan
pesta ulang tahun, anak menikah, hingga memiliki cucu.
Penulis studi yang merupakan dokter jantung
Jelena R. Ghadri mengatakan, sebanyak 465 peserta dikateogrikan sebagai
kelompok “patah hati” dan 20 peserta sebagai kelompok “hati senang”.
Sindrom ini 95 persen terjadi pada perempuan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan pencitraan jantung, peneliti menemukan banyak kesamaan kondisi jantung saat "hati senang" dan "patah hati." Penelitian selanjutnya pun akan melihat interaksi antara otak dengan kondisi jantung. Sebab, hingga saat ini belum jelas bagaimana kondisi emosional seseorang dapat melemahkan otot jantung.
Hipotesis dari Mayo Clinic menyebutkan, lonjakan hormon stres barangkali menjadi pemicu kerusakan pada jantung bagi beberapa orang.
Menurut European Heart Journal, sindrom patah hati, yaitu melemahnya otot jantung
secara mendadak dan bersifat sementara. Sindrom ini kebanyakan dipicu
oleh emosi negatif seperti kemarahan, ketakutan, kecemasan, hingga
kesedihan.
Sindrom patah hati terkadang disangka serangan jantung
karena gejalanya muncul nyeri dada dan sesak napas. Gejala tersebut
biasanya muncul dalam beberapa menit atau jam setelah seseorang merasa
stres.
Sindrom ini mulanya bernama sindrom Takotsubo syndrome dan juga
disebut cardiomyopathy stres. Nama Takotsubo diberikan oleh peneliti
Jepang yang pertama kali melihat sindrom ini tahun 1990.
'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar